Gemuruh suara halilintar menemaniku dalam kesendirian, berdialog dengan kesunyian yang senantiasa menghampiri. Butiran air itu membasahi pipiku, mengenang semua yang telah terjadi antara aku dan dia.
Cinta itu memang indah tapi juga sangat menyiksa. Ketika rindu itu datang, dia begitu menyesakkan. Ah? terkadang aku lelah merasakamya. Ketika setiap kali aku mencintai, aku selalu terluka.
Faris. Sosok lelaki yang dulu pernah mengisi hari-hariku selama dua tahun. Penampilan dan gaya hidupnya yang sederhana, wajahnya yang teduh dan matanya yang indah membuatku semakin jatuh hati. Namun, ternyata semua yang dia miliki tak menjamin kebahagiaan untukku.
Cinta ini tak lagi mengarahkanku pada jalan hidup yang apa adanya. Aku mulai berjalan jauh dari garis ketentuan. Aku terlalu menyayanginya. Bisa dibilang, aku merasakan yang namanya cinta buta. Pengorbanan yang aku berikan tak mampu membuatnya luluh dan tersadar bahwasanya aku terluka karenanya.
Aku hanyalah wanita biasa, sama seperti wanita lainnya yang juga ingin merasakan perhatian dan kasih sayang orang yang dicintai. Ketika aku rapuh, aku butuh penopang dan sandaran untuk berjalan. Dia tak ada di sisiku.
Aku terlalu diam dan menerima semua perlakuannya, tanpa dia tahu hatiku terluka dan sakit. Di tengah malam ini, aku hanya bisa duduk tepekur menatap langit-langit kamar seraya menghitung waktu, detik, menit, jam yang sudah aku lalui bersamanya. Di tengah hingar-bingar keramaian malam ini, aku tetap merasakan kesunyian, sepi... hening?
Faris, lelaki yang kusayangi, lelaki yang kucintai dengan hatiku? justru menyia-nyiakanku. Dia mencintai gadis lain. Gadis yang didambakannya sejak duduk dibangku SMA dulu. Gadis yang anggun, cantik dan menawan. Jauh berbeda denganku. Tak sengaja, aku tahu ini dari buku hariannya, buku yang selalu dia rahasiakan dariku. Selama ini, dia hanya menganggapku tak lebih dari seorang sahabat dekat.
Aku memang memiliki dirinya, tapi tidak dengan hatinya. Tak ada ruang untukku. Aku bingung dan tak tahu apa yang harus kulakukan. Aku mencoba bertanya padanya, tapi tak ada jawaban. Diam membisu.
Sungguh, aku begitu lelah dengan semuanya. Sekuat tenaga, aku mencoba memperbaiki diriku untuknya, menjadi seperti apa yang dia minta. Tapi, seketika itu, aku merasa semua yang aku lakukan dan berikan sia-sia. Tak berarti untuknya. Aku sungguh-sungguh mencintainya. Namun, memang tak selamanya cinta harus memiliki.
Terakhir kali, aku memintanya untuk menemuiku di rumah malam ini. Aku menatap wajahnya, teduh seolah tak ada beban yang menghinggapi hati. Bebas lepas. Dia begitu pandai menyembunyikan kegelisahan hati. Aku semakin tak mampu berkata-kata di hadapannya. Air mataku pun jatuh?Akhirnya kulafalkan kata demi kata yang menyesakkan nafasku?
AKU IKHLAS MELEPASMU?demi kamu, demi kebahagiaanmu, dan demi gadis itu. Dia terkejut bukan main, tak menyangka aku telah mengetahui semuanya. Dia tertunduk dan mengucapkan satu kata terakhir untukku? MAAF?
Di tengah malam ini... aku berdoa, semoga dia bahagia dengan jalan kehidupan yang dia pilih dan menyayangi gadis itu dengan hati dan ketulusannya, bukan dengan keegoisan perasaannya. ***
Tiada ulasan:
Catat Ulasan